Wanita Penyair
(DAY WOMEN)
Aku adalah ulat yg menjadi kupu-kupu, Indah betaburan tak peduli yg semu
Aku adalah merpati, terbang bebas dilangit tinggi, lalu kini aku adalah dua insan
Menyatu di tengah kesunyian, bangkit dan menelusuri kebisingan Merangkak pelan-pelan, meneropong kehidupan dan pendidikan. lalu terdapat matahari menyongsong pagi, aku Menangis merintih, nampak rakyat berselisih, Pejabat sedikit yang peduli. tertawa terbahak-bahak
hingga lupa diri, lalu lupa dengan jati diri. sehingga nasip gadis-gadis dilecehkan sanah sini.
dan mereka nampak miris diperkerjakan tanpa henti. berharap di didik tapi tak ada yang mendidik. ada yang mendidik fasilitas minim dan tak didapati lebih, coba gadis terus telusuri
hingga petualangannya dapat melihat keindahan negeri ini.
walau tanah air sudah nampak mati, aku akan terus menelusuri hingga petualangan itu takan usai ku temui hingga siang berlalu di tengah gemuruh kendaraan sana-sini polusi beraduh tanpa henti. nampak siangku tak elok di pertemukan pagi, hingga pagi tak elok merindu sang malam sampai datanglah senja hari. kebisingan tak bermuara, desis hati merengek-rengek, kegundahan yang tak nampak pengakhiran, hanya melambaikan kepasrahan di tengah lalu-lalang jalanan. menahan apa yang menetes tak akan diketahui ibu pertiwi. hanya jejak juang yang takan pernah diketahui, sampai amarah dan sakitnya akan sembunyi-sembunyi. apakah gadis harus mematuhi selayaknya gadis tanah jawa ini. kata merdeka tak dapat ia temui, merdeka hanyalah mereka yang meninggal muda. merdeka mereka yang berbahagia akan hak-haknya, apakah gadis harus mematuhi selayaknya gadis tanah jawa ku ini?
nampak di tengah beringin terduduk lah daku menulis pesan pada kekasih, kekasih yang tak nampak dan pelindung menelan mendung. pencipta yang m
Lalu aku kembali bertualang... (next)
Aku adalah ulat yg menjadi kupu-kupu, Indah betaburan tak peduli yg semu
Aku adalah merpati, terbang bebas dilangit tinggi, lalu kini aku adalah dua insan
Menyatu di tengah kesunyian, bangkit dan menelusuri kebisingan Merangkak pelan-pelan, meneropong kehidupan dan pendidikan. lalu terdapat matahari menyongsong pagi, aku Menangis merintih, nampak rakyat berselisih, Pejabat sedikit yang peduli. tertawa terbahak-bahak
hingga lupa diri, lalu lupa dengan jati diri. sehingga nasip gadis-gadis dilecehkan sanah sini.
dan mereka nampak miris diperkerjakan tanpa henti. berharap di didik tapi tak ada yang mendidik. ada yang mendidik fasilitas minim dan tak didapati lebih, coba gadis terus telusuri
hingga petualangannya dapat melihat keindahan negeri ini.
walau tanah air sudah nampak mati, aku akan terus menelusuri hingga petualangan itu takan usai ku temui hingga siang berlalu di tengah gemuruh kendaraan sana-sini polusi beraduh tanpa henti. nampak siangku tak elok di pertemukan pagi, hingga pagi tak elok merindu sang malam sampai datanglah senja hari. kebisingan tak bermuara, desis hati merengek-rengek, kegundahan yang tak nampak pengakhiran, hanya melambaikan kepasrahan di tengah lalu-lalang jalanan. menahan apa yang menetes tak akan diketahui ibu pertiwi. hanya jejak juang yang takan pernah diketahui, sampai amarah dan sakitnya akan sembunyi-sembunyi. apakah gadis harus mematuhi selayaknya gadis tanah jawa ini. kata merdeka tak dapat ia temui, merdeka hanyalah mereka yang meninggal muda. merdeka mereka yang berbahagia akan hak-haknya, apakah gadis harus mematuhi selayaknya gadis tanah jawa ku ini?
nampak di tengah beringin terduduk lah daku menulis pesan pada kekasih, kekasih yang tak nampak dan pelindung menelan mendung. pencipta yang m
Lalu aku kembali bertualang... (next)
Komentar
Posting Komentar